Selasa, 09 Februari 2010

Rusli Habibie,Play Maker Politik Gorontalo Pasca Fadel

Oleh : Ali Mobiliu


Rusli Habibie akhirnya menjadi Orang nomor Satu di DPD Golkar Provinsi Gorontalo. Seiring dengan itu, Bupati Kab. Gorontalo Utara ini akan mengemban tugas yang tidak ringan untuk lima tahun kedepan, terutama bagaimana mengembalikan kejayaan Golkar di daerah ini yang pada pemilu 2009 lalu sempat mengalami penurunan suara yang cukup sgnifikan.

Karir politik Rusli Habibie boleh dikatakan tengah berkibar, untuk lima tahun kedepan dan mungkin lima tahun berikutnya Rusli Habibie dipredikasi kelak menjadi sosok politisi yang disegani bahkan menjadi “play maker” menggantikan peran Fadel Muhammad yang kini menjadi Menteri di Kabine SBY.

Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya, demikianlah yang tengah terjadi. Jika sebelum kedatangan Fadel, mantan Bupati Kab. Gorontalo Ahmad Pakaya pernah berkibar dan menjadi simbol politik di daerah ini, disusul kemudian Adhan Dambea yang juga pernah menjadi penentu peta politik Gorontalo, Kini angin Dewi fortuna rupanya berkibar ke arah Pantai Utara Gorut menyalami pintu Kantor Bupati di Molingkapoto.

Kemunculan figur Rusli Habibie di pentas politik Gorontalo membawa konsekwensi yang cukup riskan terhadap karir politik Gusnar Ismail dan Adhan Dambea yang beberapa waktu lalu sempat memainkan manuver menyusun kekuatan politik baru pasca Fadel Muhammad. Ketidakhadiran Gusnar Ismail dan Adhan Dambea pada Musda Golkar di Pentadio Resort yang digelar Kamis dan Jum’at kemarin secara psikologis dapat dianalisa merupakan bentuk penegasan bahwa Rusli Habibie kelak menjadi rival keduanya di arena perpolitikan Gorontalo.

Dengan demikian harapan Adhan Dambea dan Gusnar Ismail menyususn kekuatan politik baru rupanya terancam kandas ditengah jalan, karena Rusli Habibie secara defakto dan de jure telah memegang kendali politik melalui partai terbesar di Gorontalo. Apalagi jika kemudian Rusli Habibie berhasil merangkul Bupati Zainudin Hasan, Bupati David Bobihoe Akib, Bupati Ismet Mile dan Bupati Iwan Bokings, maka lengkap sudah benteng pertahanan Rusli Habibie dari rival-rival politiknya.

Menariknya lagi, Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Idris Rahim rupanya cukup cerdas memainkan kartu trufnya ketika sempat didekati kedua tokoh Adhan Dambea dan Gusnar Ismail masuk ke dalam lingkaran peta politik baru Gorontalo. Idris Rahim merupakan sosok yang daya analisanya cukup mumpuni sehingga tidak terjebak pada skenario yang tengah dimainkan Gusnar Ismail dan Adhan Dambea.

Posisi Rusli Habibie tengah diatas angin, ia bakal tidak tertandingi oleh berbagai maneuver-manuver lawan politiknya paling tidak dalam lima tahun kedepan. Hal ini cukup beralasan karena Rusli Habibie kini memiliki akses yang sangat terbuka lebar ke tingkat elite politik di Jakarta, dan apalagi disana ada Fadel Muhammad yang sangat dekat dengan Presiden SBY dan elit-elit politik Golkar yang sangat berpengaruh, kemudian Suharso Monoarfa yang pernah mempunyai sejarah kelam karena faktor AW. Thalib yang diususng PPP saat Pilwako lalu. Suharso juga memiliki kedekatan emosional dengan Rusli Habibie karena keduanya pernah menjadi penghuni Asrama Mahasiswa Gorontalo di jalan Cihampelas Bandung, keduanya juga pernah menjadi Ketua HPMIG Bandung.

Selain itu Rusli Habibie juga memiliki akses melalu jalur klan keluarga Habibie yang bertebaran di berbagai Departemen di Jakarta yang sampai saat ini masih cukup disegani. Selanjutnya melalui jalur Himpunan warga Gorontalo di Bandung, Jokyakarta, dan Jakarta. Maklum saja Rusli Habibie sejak lulus SMA sudah hidup di Jakarta dan Bandung. Ia merupakan Sarjana Fisip Universitas Pasundan Bandung dan puluhan tahun meniti karir di Industri Pesawat Terbang IPTN Bandung. Nilai tambah lainnya yang juga dimiliki Rusli Habibie adalah statusnya sebagai Pengusaha atau Kontraktor yang ditunjang oleh pengalaman dan pergulatannya bertahan hidup di Kota Metropolitan Jakarta dan Bandung yang kelak diyakini akan sangat menunjang lahirnya inspirasi dan referensi yang dimanifestasikan melalui terobosan-terobosan baru dan gagasan baru bagi pembangunan dan Kemajuan Gorontalo kedepan.

Sisi positif lainnya, sosok Rusli termasuk tipe pemimpin yang memiliki rasa hormat dan beretika terutama kepada senior-seniornya, Buktinya, sehari menjelang Musda Rusli sowan ke sesepuh Golkar di Gorontalo seperti Ahmad Hoesa Pakaya dan Medi Botutihe. Hal ini merupakan pertanda bagus dan semoga saja kedepan masih tetap terpatri dari seorang Rusli dalam memimpin Gorontalo.

Meski demikian, Rusli Habibie juga seorang manusia biasa yang pasti memiliki resistensi kepribadian yang beresiko. Untuk itu Rusli Habibie kedepan tetap membutuhkan wejangan dan kritik membangun dari siapapun. Untuk itu Rusli Habibie harus membuka diri terhadap berbagai kritik dari siapapun, membuka akses seluas-luasnya kepada seluruh elemen yang ada dan diharapkan tetap menjaga kepercayaan rakyat dengan tidak mau menyakiti hati rakyat. Hal yang paling menyakitkan hati rakyat dari seorang pemimpin adalah ketika mengambil keputusan dan kebijakan tidak mau mendengar hati nurani rakyat yang dipimpinnya. Benar, apa yang pernah dikatakan mendiang mantan Presiden Amerika Serikat Jhon F. Kenedy bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dipercaya oleh rakyat. Bagaimana menjaga kepercayaan rakyat itu? Jangan sekali-kali menyakiti hati rakyat.

Lantas, Bagaimana Nasib Gusnar Ismail dan Adhan Dambea pasca terpilihnya Rusli Habibie menjadi Ketua DPD I Golkar?,Di satu sisi dapat dipredikasi bahwa ketokohan Gusnar Ismail sebagai pemimpin tetap berlangsung dengan aman dan baik minimal hingga tahun 2011 mendatang. Sementara posisi Adhan Dambea sebagai Walikota tetap diprediksi aman hingga tahun 2013 mendatang, kecuali jika ada kasus hukum yang akan mengganjalnya. Prediksi ini bisa saja benar karena diyakini Rusli Habibie akan tetap mengikuti jejak Fadel Muhammad yang senantiasa menjunjung tinggi konstitusi dan bakal tidak ingin menciptakan friksi dan konflik dengan tokoh-tokoh pemimpin lainnya di Gorontalo. Apalagi, Gusnar Ismail, Rusli Habibie dan Adhan Dambea selama ini merupakan sahabat yang selalu rukun-rukun saja. Hanya saja kedepan perlu kita lihat perkembangannya, apakah Rusli Habibie akan mengakomodir atau membersihkan orang-orang Adhan Dambea dan Gusnar Ismail dalam lingkaran kekuasaannya nanti? Bagaimanapun juga dalam tataran realitas di tubuh Golkar menjelang berakhirnya kepengurusan DPP dan DPD I Golkar kemudian terkait dengan perebutan kursi Ketua DPRD Provinsi, Golkar Gorontalo pecah menjadi dua kubu yakni Kubu Fadel dan Adhan Dambea, Kubu Fadel rupanya diatas angin karena ia didukung oleh DPP, dan oleh lima DPD II beserta organisasi bentukan Golkar. Hal ini dipresentasikan melalui keberhasilan Marten Taha yang lolos sebagai Ketua Deprov, Rustam Akili kemudian menjadi Ketua Fraksi. Sementara Kubu Adhan semisal Ishak Liputo tidak diberi porsi jabatan apa-apa kecuali sebagai anggota biasa. Posisi Rusli yang tengah diatas angin ini tidak lantas membuatnya ongkang-ongkang kaki karena konstalasi politik ini akan berubah cepat jika ia gagal membangun konsolidasi Partai di tingkat Kabupaten. Hal ini bisa saja terjadi, karena Adhan Dambea dan Gusnar Ismail akan tetap berpeluang membangun kekuatan melalui deal-deal politik menjelang Pilkada di tiga Kabupaten dan Pilgub 2011. Bahkan ada pemikiran yang cukup radikal yakni Rusli Habibie harus membangun kekuatan dari akar rumput kader-kader Golkar potensial di Kecamatan-kecamatan dan Kelurahan di Kota Gorontalo yang selama ini menjadi basis kekuatan Adhan Dambea. Sementara, Gusnar Ismail, bagi Rusli bukan rival yang mampu menjungkalkan derap langkah politiknya karena Gusnar sendiri tidak memiliki basis masa yang jelas kecuali birokrat yang nota bene tidak bisa bergerak di arena politik praktis. Kecuali jika Gusnar berhasil membangun kekuatan melalui partai-partai gurem, tapi itupun peluangnya sangat kecil karena masing – masing partai tersebut memiliki tokoh-tokoh yang juga tidak kalah kapasitas dan kapabilitas dengan Gusnar semisal Ismet Mile, Zainudin Hasan dan Iwan Bokings.

Yang menjadi kendala bagi Rusli Habibie kedepan adalah, bagaimana ia menampung, mengakomodir dan memposisikan diri ketika banyak tokoh-tokoh politik di Gorontalo yang memiliki perbedaan pandangan dan kepentingan melakukan manuver-manuver politik. Sementara dalam posisinya Rusli harus tetap mengambil sebuah keputusan yang jelas dan pasti. Untuk itu kepekaan dan kejelian Rusli kedepan benar-benar akan diuji dan ditantang apakah ia lolos dalam dinamika politik yang akan terus bergulir. Apalagi pada 2010 yang tinggal sebulan lagi dimana tiga daerah akan melaksanakan Pemilihan Bupati menjadi tantangan tersendiri bagi Rusli untuk meloloskan kadernya menjadi Bupati di ketiga daerah tersebut. Di era kepemimpinan Fadel selama lima tahun, hanya Kabuapten Bone Bolango, Kota Gorontalo dan Kab. Gorut yang dimenangkan oleh kader Golkar, sementara Boalemo, Pohuiwato dan Kab. Gorontalo, Golkar tidak mampu mendudukan kadernya. Sehingga tahun 2010 adalah ujian paling berat bagi Rusli Habibie untuk meloloskan kadernya terutama di Kab. Pohuwato dan Kab. Gorontalo.(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar