Selasa, 09 Februari 2010

Performance Birokrat dan Pengusaha Ketika Menjadi Pemimpin




Oleh : Ali Mobiliu,
Redaktur Pelaksana Harian Suara Publik
Pemred Gema PGRI Provinsi Gorontalo

Keinginan Calon Bupati Yusuf Giasi menggandeng pengusaha muda Hardi Hemeto sebagai calon Wakil Bupati pada Pilkada Pohuwato 2010, merupakan ide cemerlang yang patut disambut oleh segenap rakyat Pohuwato. Calon Bupati dan Wakil Bupati dengan latar belakang Birokrat dan Pengusaha saat ini memang tengah menjadi trend di setiap Pilkada di Indonesia. Menariknya lagi, Banyak calon dengan latar belakang Birokrat dan Pengusaha yang berhasil lolos mendulang suara terbanyak pada Pilkada. Di Provinsi Gorontalo sendiri hampir seluruh Kabupaten yang memiliki Bupati atau Wakil Bupati dengan latar belakang pengusaha dan Birokrat terbilang berhasil membangun daerahnya secara optimistis dengan capaian lompatan-lompatan keberhasilan yang sarat dengan inovasi. Hal ini terjadi karena seorang pengusaha dimana –mana menganut pola pikir yang selalu ingin maju sehingga memiliki terobosan-ide dan gagasan yang sarat dengan inovasi. Ide dan gagasan yang prospektif dari pemimpin yang pengusaha ini akan termanifestasikan secara konkrit bila didukung oleh pengetahuan yang mapan terhadap seluk beluk pemerintahan. Dengan asumsi ini, maka pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang berbasis pengusaha dan Birokrat merupakan pasangan ideal yang bakal melahirkan perubahan-perubahan yang cukup signifikan.
Acuan yang paling dekat adalah, Pasangan Bupati Rusli Habibie dan Indra Yasin di Kabupaten Gorut. Dan pasangan Bupati Zainudin Hasan dan Yusuf Giasi di Kabupaten Pohuwato. Di Kab. Gorut, Rusli Habibie yang seorang pengusaha dan Indra Yasin yang Birokrat meski baru setahun memimpin pemerintahan tapi sejauh ini dinilai sukses membangun daerahnya yang saat ini tengah giat-giatnya melakukan berbagai terobosan pembangunan di berbagai sektor. Tidak heran jika geliat ekonomi Kab. Gorut dalam setahun terakhir ini menunjukkan peningkatan terutama dari pertumbuhan ekonomi, berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran serta meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat. Tidak heran pula jika di Kab. Gorontalo Utara dalam satu tahun kedepan ini akan memiliki jalan By Pass yang terluas dan terpanjang di Provinsi Gorontalo.
Di Kabupaten Pohuwato sendiri, Bupati Zainudin Hasan dan Wakil Bupati Yusuf Giasi juga adalah pasangan Pengusaha dan Birokrat yang selama ini merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup mencengangkan. Kabupaten Pohuwato di mata masyarakat Gorontalo merupakan daerah yang maju, masyarakatnya sejahtera dengan capaian pembangunan yang sangat prospektif yang dipresentasikan oleh predikat daerah ini sebagai lumbung pangan dan pertanian di Provinsi Gorontalo maupun disimbolkan oleh keberadaan kompleks perkantoran Block Plan di Ibu Kota Kabupaten yang begitu asri, indah dan tertata rapi.
Ditinjau dari sudut keberhasilan pembangunan di daerah-daerah yang ada di Provinsi Gorontalo, kedua daerah ini yakni Kabupaten Pohuwato dan Gorut adalah yang paling menonjol dan mengalami percepatan pembangunan yang signifikan dibandingkan dengan daerah lain semisal Kabupaten Boalemo, Kab.Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango maupun Kota Gorontalo.
Hal ini tidak terlepas dari performance Pemimpin di kedua daerah ini yang berlatar belakang pengusaha dan Birokrat, atau Birokrat dan pengusaha. Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango menjadi contoh nyata, betapa di kedua daerah ini dari segi pembangunan infrastrukturnya dalam rentang waktu lima tahun misalnya tidak mengalami peningkatan yang signifikan sehingga sulit bagi masyarakat mengukur indikator keberhasilan secara jelas. Di Kabupaten Gorontalo, Bupati David Bobihoe Akib yang pada awal pemerintahannya berpasangan dengan politisi tulen Sofyan Puhi justru pada pertengahan pemerintahannya mengalami friksi dan konflik terselubung yang berakhir dengan mundurnya Sofyan Puhi yang lebih baik memilih menjadi Anggota DPRD Provinsi.
Selain itu, performance Bupati David dalam memimpin Kabupaten Gorontalo karena mungkin latar belakangnya yang birokrat tulen sehingga lebih cenderung terjebak pada rutinitas pemerintahan yang sarat dengan seremonial dan populis. Keberhasilannya lebih cenderung dipersepsikan kepada masyarakat melalui penghargaan-penghargaan dari pemerintah pusat yang proses penilaiannya tidak pernah dibuka dihadapan publik. Gejala lain yang muncul dari gaya pemerintahan Bupati adalah rajin keluar masuk kampong, melantik kades, meresmikan Mahyani, memberikan bantuan secara populis kepada masyarakat miskin, membagi-bagikan rokok kepada anak-anak muda yang biasa nongkrong dipingggiran jalan, rajin mengikuti upacara-upacara peringatan hari-hari besar dan bahkan pernah pula meremsikan MCK di sebuah desa. Dalam kegiatan-kegiatan pemerintahannya tersebut Bupati David melontarkan berbagai isu dan wejangan yang sarat dengan retorika. Hal lainnya yang menonjol dari gaya pemerintahan Bupati David adalah pemberitaan yang demikian intens terhadap prestasi-prestsinya yang mendapat pujian dari tokoh-tokoh nasional yang nota bene tidak pernah melakukan kunjungan secara intensif ke daerah ini dan prestasi mendapat undangan kehormatan menjadi pembicara di forum-forum nasional. jika mengacu pada efektifitas pemerintahan, maka gaya pemerintahan seperti ini tidak relevan lagi dengan kondisi kekinian masyarakat yang sudah memiliki pola kehidupan yang modern akibat begitu gencarnya arus informasi dan komunikasi yang sudah menembus hingga ke desa-desa.
Demikian pula halnya dengan Kabupaten Bone Bolango, performance Bupati Ismet Mile tidak jauh berbeda dengan gaya pemerintahan Bupati David. Dihadapan masyarakat kecil terutama di pedesaan-pedesaan, sosok Ismet Mile masih cenderung kuat dan terterima tetapi di tingkat elit yang berada dipusat kekuasaan yang relatif sudah memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi yang mapan cenderung menolak dan tidak respeck. Sama halnya dengan Bupati David, Ismet Mile juga adalah seorang Birokrat tulen yang selama memimpin ia didampingi Wakil Bupati Kris Wartabone yang juga seorang politisi tulen. Dari segi capaian keberhasilan pembangunan, pemerintahan Ismet Mile juga seperti Kabupaten Gorontalo memiliki prestasi yang biasa-biasa saja, tidak ada hal baru yang menjadi “surprise” bagi masyarakat, kecuali proyek-proyek pembangunan yang datang dari Pemerintah pusat. Ismet Mile seperti halnya David Bobihoe yang juga Birokrat sangat rajin turun ke desa-desa memberikan bantuan sembari berorasi,melantik Kepala Desa dan meresmikan proyek-proyek di desaa-desa.
Profil Keempat daerah ini sangat layak dijadikan contoh betapa performance dan latar belakang pemimpin sangat menentukan maju tidaknya daerah. Kabupaten Gorut dan Pohuwato dari berbabagai capaian pembangunan di berbagai sektor sejauh ini lebih menonjol dan maju dibandingkan dengan Kab. Gorontalo dan Kab. Bone Bolango yang dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati yang berlatar belakang Birokrat dan Politisi murni.
Jika keempat daerah ini dianggap belum memadai sebagai barometer terhadap asumsi ini, maka contoh yang paling dekat adalah Kota Gorontalo. Yang harus diingat, meski Walikota Adhan Dambea selama ini dikenal sebagai politisi tapi sebenarnya Adhan Dambea adalah termasuk sosok birokrat, karena ia pernah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) kemudian berhenti dan memilih menjadi aktifis, pengusaha yang terjun ke politik. Sementara Wakil Walikota Feriyanto Mayulu adalah sosok sarjana Informatika Komputer dan pengusaha tulen. Tidak heran jika Kota Gorontalo hampir dua tahun pemerintahan Adhan dan Feriyanto tampil elegan dengan berbagai gebrakan inovasi yang cukup dinamis.
Uraian ini sekaligus diharapkan menjadi acuan bagi masyarakat di 3 Kabupaten di Provinsi Gorontalo yang memiliki agenda Pilkada, sehingga tidak salah dalam memilih seorang pemimpin.
Dalam memilih pemimpinan rasionalitas adalah hal yang mutlak dimiliki oleh masyarakat jika ingin daerahnya maju dan berkembang. Tendensi politik, ideologi dan bahkan faktor keluarga dan uang pun dalam menentukan seorang pemimpin tidak berlaku bagi masyarakat yang menganut rasionalitas.
Salah satu cirri khas masyarakat atau calon pemilih yang rasional adalah, menentukan pilihan berdasarkan asumsi-asumsi yang tidak didasari rasa emosional melainkan didasarkan pada realitas dan fakta yang mengacu pada kalkulasi dan hitungan-hitungan yang real dan konkrit tanpa ada tendensi dan pengaruh yang dapat membiaskan pikiran dalam menenukan pilihan.
Dari berbagai literature demokrasi, pemerintahan dan bila ditinjau dari prospektif ekonomi dan sosial kemasyarakatan,maka pemerintahan yang paling ideal terutama di Kabupaten Kota adalah kolaborasi pemerintahan yang dipimpin oleh sosok Pengusaha dan Birokrat, atau Birokrat maupun pengusaha.
Jika mengacu pada asumsi ini, maka di Kabupaten Pohuwato pasangan yang paling memungkinkan dan cukup prospektif dan ideal adalah pasangan Ir. Yusuf Giasi dan Hardi Hemeto, SE. Kedua figur ini masih jauh lebih baik dan elegan dibandingkan dengan Syarif Mbuinga yang politisi dan Ardin Pakilie yang Birokrat. di Kab. Gorontalo David Bobihoe Akib dan Tony Yunus masih layak dipertimbangkan jika tidak ada calon lain yang muncul yang juga kombinasi Pengusaha dan Birokrat, namun wacana munculnya Sofyan Puhi dan Hamid Kuna masih jauh lebih baik performancenya dibandingkan dengan David dan Toni yang sejak awal saja sudah melanggar ketentuan kampanye yakni sudah melakukan star dalam berkampanye. Ini menandakan ada pola permainan yang tidak fair yang coba ditunjukkan dan hal itu layak menjadi catatan tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Gorontalo dalam menentukan pilihan di TPS.
Di Kabupaten Bone Bolango sosok Hamim Pou yang telah menyatakan maju merupakan alternatif yang cukup prospektif jika dibandingkan dengan Ismet Mile yang memilih birokrat sebagai Wakilnya. Performance Ismet sebenarnya akan terdongkrak jika saja memilih figure Wakil Bupati yang seorang pengusaha. Sementara Haris Nadjamudin sangat beresiko karena ia saat ini tengah tersandung kasus Korupsi Pentadio Resort yang bakal memberikan resistensi terhadap pemerintahannya kedepan. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar