Jumat, 03 September 2010

RH JAUH LEBIH UNGGUL DIBANDING GUSNAR

Ibarat Duel Kelas Berat dan Kelas Bantam Yunior




Oleh : Ali Mobiliu,


Sejauh ini baru terdapat empat nama yang secara vulgar menyatakan maju pada Pilgub akhir tahun 2011 mendatang, yakni Rusli Habibie, Gusnar Ismail, Adhan Dambea dan Dani Pomanto. Sementara, Nelson Pomalingo, Idris Rahim, AW Thalib, Toni Uloli, Thoriq Modanggu, Iwan Bokings, Marten Taha, Hamid Kuna Elnino dan beberapa pimpinan Partai Politik lainnya meski berbagai dukungan yang juga terus mengalir namun para tokoh ini masih mampu menahan gejolak “syahwat politik” sehingga belum menentukan sikap politiknya.
Namun jika mengamati, menelaah dan mencermati secara seksama berbagai deretan nama-nama tersebut diatas, ternyata Rusli Habibie lebih menonjol dan kiprahnya kian mendapat apresiasi dari masyarakat, disusul kemudian Idris Rahim, Nelson Pomalingo, Gusnar Ismail, Dani Pomanto, AW Thalib, Adhan Dambea, Toni Uloli serta tokoh-tokoh lainnya yang masuk nominasi. Posisi ini tentu akan terus mengalami pergeseran mengikuti dinamika politik melalui performance yang ditunjukkan oleh masih-masing tokoh.
Yang jelas, sejauh ini harus jujur diakui bahwa apresiasi masyarakat terhadap Rusli Habibie dari waktu ke waktu terus mengalami lonjakan yang signifikan, arus dukungan yang seakan tak terbendung, bahkan boleh disebut RH demikian ia biasa disapa, dalam beberapa bulan terakhir ini menjadi sosok fenomenal karena kiprah, ide, pemikiran dan gagasan segar tentang kemajuan yang optimistis terus mengalir dan dimanifestasikan melalui karya nyata.
Tulisan ini memang hanya memfokuskan pada dua figur, yakni Rusli Habibie (RH) dan Gusnar Ismail (GI) yang konon diprediksi bakal bersaing ketat pada proses Pilgub mendatang. Jika mengacu pada peta kekuatan yang dimiliki oleh keduanya, sebenarnya, RH dan GI tidak akan bersaing ketat. Artinya, kekuatan RH jauh lebih ampuh, lebih solid dan lebih dominan ditinjau dari berbagai sudut pandang politik birokrasi dan performance kepemimpinan yang ditunjukkan selama ini.
GI hanya unggul sebagai Incumbent yang basis pendukungnya adalah birokrasi dan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program Pemerintah Provinsi dalam satu tahun kedepan. Namun jangan lupa, kekuatan GI ini bakal terancam, jika Idris Rahim yang nota bene saat ini sebagai panglima PNS dan birokrat senior maju sebagai calon papan satu maupun mencalonkan sebagai papan dua.
Idris Rahim selama ini memiliki kharisma yang lebih memukau dan simpatik jika dibandingkan dengan GI. Bahkan pada Pilgub 2006 lalu dan masyarakat sudah mengetahui hal ini, bahwa Fadel Muhammad ketika itu lebih suka jika didampingi oleh Idris Rahim sebagai Wakil Gubernur. Sehingga kesan yang muncul saat itu bahwa Fadel “terpaksa” memilih kembali Gusnar sebagai wakilnya karena menghargai desakan dan “rayuan” elit Golkar. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa Fadel sebenarnya tidak mempersiapkan GI sebagai penerusnya, mengapa?, Fadel tentu mengetahui jelas siapa sosok yang benar-benar dibutuhkan oleh Gorontalo kedepan. Lagi pula, di kalangan masyarakat sudah tersebar opini bahwa GI termasuk sosok yang “tidak tahu balas jasa” terhadap Golkar yang tanpa alasan jelas menolak usulan Wakil Gubernur yang dijagokan DPD I Golkar Rustam Akili pada moment pemilihan Wakil Gubernur yang baru lalu.
Kelemahan yang paling signifikan dimiliki GI adalah Dalam percaturan politik di Gorontalo, ia tidak memiliki ikatan institusional dan emosional yang melekat dengan partai politik manapun. Dengan demikian Gusnar tidak memiliki basis massa yang jelas. Nasib politisi seperti ini mudah terombang-ambing, mudah dirangkul tapi sangat mudah pula untuk terhempas, pemerintahan model seperti ini adalah pemerintahan yang tidak memiliki kepastian, Padahal, di suatu negara dan daerah manapun soal kepastian pemerintahan ini sangat penting untuk mewujudkan pemerintahan yang berwibawa dan solid yakni kekuasaaan yang tidak hanya ditunjang oleh konstitusi tapi juga harus ditopang oleh basis masa yang jelas. Suara rakyat adalah suara Tuhan, jika rakyat bersuara, konstitusi sebagai perisai penguasa bisa saja diamandemen. Dari uraian singkat ini saja, Gusnar bukanlah sosok pemimpin ideal bagi Gorontalo kedepan.
Resistensi lainnya yang dimiliki oleh seorang GI adalah performance pemerintahannya yang hingga kini tidak memiliki “greget” sebagai pemerintahan Inovatif. Tidak ada hal baru, terobosan baru, ide baru untuk menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan potensi lokal bagi masa depan masyarakat. Dalam lima hingga dua puluh tahun kedepan Gorontalo harus diakui masih membutuhkan kucuran dana segar dari luar untuk mengembangkan potensi daerah. Kucuran dana segar tersebut berupa dana dari APBN, dana hibah, atau dana hasil kerja sama dengan lembaga-lembaga nasional dan internasional guna memberi penguatan terhadap proses pembangunan dan pemberdayaan potensi lokal menuju pada proses kemandirian. Sayangnya hal itu tidak tercermin dari pemerintahan GI.
Dalam hampir setahun pemerintahannya, GI sebenarnya sudah bisa berbuat sesuatu untuk mendongkrak popularitasnya, minimal mampu menjelaskan ke publik capaian-capaian pemerintahannya terutama dibidang ekonomi termasuk didalamnya berapa persen penurunan angka kemiskinan, berapa persen penurunan angka pengangguran dan masih banyak lagi indikator-indikator yang bisa dijadikan acuan untuk mengatakan bahwa GI memang layak memimpin Gorontalo.
Tulisan ini sebenarnya ingin menguraikan kelebihan dan potensi yang dimiliki GI, sayangnya tidak ada catatan penting yang bisa dijadikan acuan untuk mendeskripsikan GI sebagai orang yang “hebat” dan dapat diandalkan. Seorang pemimpin dimanapun dalam sejarahnya, meski memiliki kelemahan dan meski kurang berhasil dalam mewujudkan pemerintahan yang “capable” namun hal itu dapat diimbangi atau dikompensasikan oleh berbagai variabel yang bisa diambil dari “perspektif lain” yang selama ini belum terungkap ke publik. Mendiang Presiden Soeharto sebagai contoh, meski memiliki kelemahan sebagai pemimpin otoriter yang ditengarai sarat dengan praktek KKN, namun dalam beberapa puluh tahun ia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sehingga mampu mensejajarkan Indonesia sebagai Negara berpengaruh di Asia, kendati hal itu kandas akibat krisis politik dan moneter yang menjadi cikal bakal lahirnya era reformasi. GI nampaknya tidak memiliki “kisah” yang mampu mengimbangi kelemahannya selama ini.
Yang paling menggelikan lagi, sejak kemunculan Toni Uloli sebagai Wakil Gubernur, seakan-akan telah ikut menenggelamkan nama GI di tataran publik. Hal ini dapat dicermati dari berbagai pemberitaan di media massa lokal dan nasional ternyata Toni Uloli lebih dominan memainkan perannya di masyarakat. Toni Uloli memperlihatkan performance yang sangat bagus minimal ia telah menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang kreatif. Salah satu indikatornya adalah upaya Toni Uloli yang secara konsisten mendorong pemuda Gorontalo untuk menjadi wirausahawan, sebuah paradigma baru pemerintahan yang patut didukung dan penting untuk terus digalakkan.
Mengacu pada asumsi – asmumsi yang sangat singkat ini saja, maka duel antara Gusnar dan Rusli Habibie pada Pilgub akhir tahun 2011 mendatang, ibarat duel tinju antara kelas berat (RH) dan kelas bantam Yunior (GI). Meski RH belum lama duduk di pemerintahan sebagai Bupati, namun performancenya sangat memuaskan tidak hanya di tataran masyarakat Gorut tapi masyarakat Gorontalo pada umumnya. RH termasuk type pemimpin energik, memiliki jaringan ke pusat pengambil kebijakan, memiliki wawasan ke-gorontalo-an yang sangat kental dan paham betul apa yang diinginkan oleh masyarakatnya. Yang patut dicatat bahwa prestasi RH selama menjadi Bupati yakni kinerja pemerintahannya yang memiliki indikator keberhasilan jelas dan terukur. Semua upaya pemerintahannya dapat dilihat dan dirasakan secara konkrit oleh masyarakat.
RH dengan demikian merupakan sosok pemimpin yang mampu melihat, mencermati dan mengetahui jelas kepentingan masyarakatnya secara konkrit melalui ikon berkarya nyata dan bukan berkarya kata. Buktinya, sepeninggal Fadel Muhammad, Gorontalo sepi “mega proyek” justru Gorontalo Utara kebanjiran mega proyek semisal pembangunan pelabuhan perikanan nusantara atau program minapolitan, realisasi pembangunan jalan By Pass, program bedah desa, dan masih banyak lagi terobosan-terobosan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, pendidikan dan kesehatan yang mengindikasikan bahwa RH merupakan sosok pemimpin baru yang keberadaannya sungguh sangat fenomenal karena kiprah pemerintahannya yang demikian konkrit sehingg menjadi bahan pembicaraan di masyarakat.
Kekuatan RH akan kian kental dan tak tergoyahkan apabila ia merangkul Idris Rahim, Nelson Pomalingo, AW Thalib dan bahkan Toni Uloli. Keempat sosok ini sebenarnya layak menempati papan satu, namun demi kepentingan Gorontalo kedepan, maka dibutuhkan sikap legowo keempat sosok ini untuk bersedia menerima posisi itu. . Performance RH yang sangat dinamis, energik, dan memiliki visi yang jelas tentang Gorontalo membutuhkan sosok seperti Idris Rahim, Nelson, AW Thalib dan Toni Uloli.
Salah satu aspek penting yang juga menjadi pertimbangan adalah pada proses Pilkada di Kabupaten Pohuwato yang dimenangi oleh pasangan Syarif Mbuinga dan Amin Haras, di Kab. Gorontalo David-Toni dan di Kab. Bone Bolango dimenangi oleh Haris Nadjamuddin dan Hamim Pou merupakan kemenangan RH sebagai Ketua DPD I Golkar Provinsi Gorontalo. Khusus di Kab. Bone Bolango meski Golkar secara institusi politik mendukng pasangan Ismet Mile dan Ibrahim Ntau (ISRA) namun secara pribadi RH sebenarnya mendukung H2O, hal ini dapat dilihat dari sikap politik RH yang sangat elegan membela pasangan H2O dari pihak-pihak tertentu yang mencoba menghalangi pelantikan Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Hal ini dapat dilihat pula dari hubungan harmonis yang selama ini terjalin.
Realitas politik ini harus diterima secara realistis pula oleh segelintir pendukung GI, alangkah baiknya jika kita berpikiran positif saja bahwa Gorontalo tidak membutuhkan sosok pemimpin yang kaku dan ribet untuk membawa Gorontalo yang lebih maju. Kita membutuhkan pemimpin yang mampu melakukan lompatan-lompatan jauh kedepan. Cukup satu tahun terakhir ini dan satu tahun kedepan saja, sejarah telah mencatat bahwa GI telah menjadi Gubernur yang selanjutnya sangat realistis jika kita mendengar bahwa GI menjadi pejabat di pemerintahan pusat. Posisi GI di Jakarta minimal lebih “bermanfaat” bagi Gorontalo kedepan, yakni Gorontalo memiliki koneksi yang semoga saja dapat memperjuangkan kepentingan Gorontalo disana. (AM)

Jumat, 18 Juni 2010

Menyongsong Gorontalo Maju Dengan “Habibienomics”



Oleh :
Ali Mobiliu, Warga Kota Gorontalo

Berbagai ide dan gagasan Rusli Habibie membangun Gorontalo merupakan ruh dan spirit untuk meraih lompatan-lompatan kemajuan Gorontalo kedepan melalui konsep “Habibienomics. Habibie berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah mengandung arti kekasih. Dalam perspektif Islam, Umat Manusia dianjurkan beribadah dan bermuamalah agar meraih predikat Habibullah (Kekasih Allah). Dengan demikian, Habibienomics mengandung filosofi sebagai konsep ekonomi yang memiliki ruh menjunjung tinggi nilai-nilai Illahiah guna mewujudkan tatanan masyarakat Gorontalo yang adil, sejahtera, beradab, diridhai dan diberkahi.


Mengamati Kondisi Ekonomi Provinsi Gorontalo pasca Fadel Muhammad saat ini yang kian menurun, dimana angka kemiskinan yang terus meningkat, angka pengangguran yang terus membengkak, daya beli mayarakat yang kian merosot, pembangunan infrastruktur yang tidak signifikan, program unggulan yang berjalan di tempat, maka moment Pilgub pada akhir tahun 2011 mendatang merupakan saat yang tepat untuk melakukan perubahan kepemimpinan di Provinsi Gorontalo.
Dari berbagai pengamatan, analisa dan kajian ekonom lokal Gorontalo di peroleh kesimpulan bahwa pasca Fadel Muhammad, ekonomi Gorontalo mengalami penurunan yang sangat merosot. Seperti yang pernah dirilis salah satu media lokal beberapa waktu lalu bahwa Gorontalo saat ini merupakan Provinsi termiskin di Sulawesi. Hal ini diperkuat lagi oleh pernyataan Direktur Bank Indonesia di Gorontalo yang juga mengakui bahwa Ekonomi Gorontalo dalam satu tahun terakhir ini menurun drastis. Masyarakat di semua tingkatan banyak yang terpaksa harus melakukan penarikan uang tabungan mereka di perbankan karena sumber-sumber pendapatan menurun. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan, masyarakat Gorontalo harus bangkit dengan mencari dan memberi amanah kepada sosok Gubernur alternatif yang mumpuni dan memiliki konsep pembangunan yang jelas.
Kepemimpinan yang dibutuhkan Gorontalo adalah pemimpin yang kaya ide, gagasan dan memiliki konsep membangun Gorontalo yang bermartabat, memiliki inovasi, memiliki jaringan ke elit pengambil kebijakan di tingkat pusat, jujur, amanah dan mampu berkarya nyata dan bukan berkarya kata.
Kriteria Gubernur yang dibutuhkan tersebut diatas sejauh ini baru nampak dari sosok Drs. H. Rusli Habibie yang juga Ketua DPD I Golkar Provinsi Gorontalo yang berani tampil mengungkap berbagai kiat, strategi dan konsepnya membangun Gorontalo kedepan. Tidak berlebihan jika berbagai ide dan gagasan Rusli Habibie membangun Gorontalo yang maju tersebut sebagai sebuah konsep “Habibienomics”.
Konsep Habibienomics merupakan sebuah strategi jitu yang telah secara vulgar diungkap dan bakal direalisasikan secara sungguh-sungguh oleh sosok Ketua DPD I Golkar Provinsi Gorontalo ini jika dipercaya oleh rakyat menjadi orang nomor satu di daerah ini.
Konsep Habibienomics sejauh ini sangat relevan mengingat kondisi Gorontalo yang memiliki potensi melimpah yang pada era kepemimpinan Fadel Muhammad dikenal sebagai The Hidden Paradise. Dalam kondisi seperti ini Provinsi Gorontalo dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang masih membutuhkan intervensi modal dan arus investasi yang sangat besar dari luar Gorontalo untuk menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan segala potensi yang ada bagi kemaslahatan masyarakat.
Disisi lain keberanian Rusli Habibie yang jauh-jauh hari sudah menyatakan maju pada pertarungan Pilgub mendatang mengindikasikan bahwa sosok ini benar - benar merupakan politisi yang memiliki karakter sebagai petarung sejati. Tipe pemimpin dan politisi seperti inilah yang sebenarnya dibutuhkan Gorontalo yakni berani, jujur dan memiliki karakteristik sebagai pemimpin yang elegan.
Hal ini berbeda dengan pemimpin yang “malu-malu Kucing”, tipe pemimpin seperti ini memiliki karakter yang beresiko. Di kalangan anak muda, tipe seperti ini dikenal sebagai “Jaim” jaga image karena ada faktor lain, tapi jika faktor lain itu enyah dihadapannya, ia tampil seperti kuda liar, milik orang lain pun di-embat.
Secara psikologis, sikap berani pertanda mampu. Dalam konteks ini, tokoh yang tidak berani secara vulgar menyatakan maju pada pilgub pertanda “tidak mampu”. Tipe politisi yang tidak mampu, malu-malu, diam dan jaim namun tetap memiliki niat untuk maju pertanda ambisius.
Tidak heran jika Rusli Habibie saat ini boleh disebut merupakan tokoh fenomenal menjelang Pilgub 2011. Hal ini terjadi, karena ia merupakan satu-satunya tokoh yang tidak hanya berani tapi juga sudah mulai memunculkan berbagai ide, konsep dan kiat-kiat membangun Gorontalo yang maju dan sejahtera. Rusli Habibie misalnya sudah menggagas pembangunan Bendungan Raksasa Dumbaya Bulan yang mampu mengairi sawah dari Bone Bolango hingga Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo, ia juga sudah mewacanakan bagaimana menyelamatkan danau Limboto dan menyulap danau legendaris tersebut agar memiliki nilai tambah (value added) bagi masyarakat, Rusli Habibie juga sudah menggagas bagaimana menggerakkan roda ekonomi masyarakat melalui konsep pembangunan yang bersinergi, relevan dan partispatif, ia pun telah mulai merintis pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga puluhan tahun lamanya. Juga, jebolan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung ini pada realitasnya telah mampu meyakinkan pemerintah pusat mewujudkan pembangunan akses jalan Tolinggula-Marisa Kabupaten Pohuwato, Rusli Habibie juga sudah memaparkan bagaimana pengembangan potensi kawasan kedepan meliputi sektor industri, pertanian, perkebunan, pendidikan, pariwisata, kebudayaan. Bupati Gorontalo Utara ini juga sudah menggagas bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi Gorontalo, mengurangi angka pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat secara merata dan berkeadilan. Rusli Habibie juga ternyata telah memiliki konsep yang jelas untuk memberdayakan potensi SDM, pembenahan sistem birokrasi dan pelayanan aparat pemerintah bagi tumbuhnya angka partisipasi masyarakat. Rusli Habibie juga sudah memaparkan strategi pengembangan potensi ekonomi regional untuk kemajuan Gorontalo, Rusli Habibie juga sudah mengumbar secara jelas bagaimana meningkatkan derajat ekonomi masyarakat, mencipatakan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
Berbagai ide dan gagasan Rusli Habibie membangun Gorontalo merupakan ruh dan spirit untuk meraih lompatan-lompatan kemajuan Gorontalo kedepan melalui konsep “Habibienomic”. Jika konsep dan strategi Habibienomics ini terwujud maka masyarakat Gorontalo dalam lima tahun kedepan tidak perlu Gusar karena diyakni akan meraih optimisme dan masa depan yang penuh berkah.
Habibie berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah mengandung arti kekasih. Tidak heran jika dalam perspektif Islam Umat Manusia harus meraih predikat Habibullah (Kekasih Allah). Dalam konteks ini Habibienomics mengandung filosofi sebagai konsep ekonomi yang memiliki ruh keadilan, kedamaian, jujur, amanah dan menjunjung tinggi nilai-nilai Illahiah sehingga tatanan masyarakat Gorontalo kedepan mencerminkan sebagai umat yang terkasih dan diberkahi. Pendekatan secara harfiah ini penting sebagai identifikasi dan penamaan konsep membangun Gorontalo versi Rusli Habibie. Bagaimanapun nama adalah doa. Insya Allah. (AM)

Sabtu, 15 Mei 2010

SELAMATKAN GORONTALO


Bukan untuk mengajak rakyat Gorontalo bersikap apriori terhadap kemampuan Gusnar Ismail memimpin Gorontalo untuk lima tahun mendatang yakni 2012 hingga 2017, tapi tulisan ini diharapkan akan menjadi referensi bagi masyarakat Gorontalo untuk menentukan pemimpin pada Pilgub 2011 mendatang. Dalam dua tahun kedepan saja, yakni hingga akhir tahun 2011 kita tidak bisa berharap banyak bahwa Gorontalo dalam rentang waktu tersebut mengalami kemajuan dan lompatan-lompatan pembangunan yang signifikan.

Hal ini merupakan ungkapan realistis, apalagi jika melihat kinerja Gusnar Ismail dalam 100 hari pemerintahannya sejak menggantikan posisi Fadel Muhammad sebagai Gubernur Gorontalo, hampir tidak ada hal baru, gagasan baru dan karya baru yang bisa ia persembahkan bagi pemerintahannya. hanya ada 3 hal penting yang sejauh ini bisa dilakukannya, itu pun belum tuntas dan masih dalam tahap perjuangan, yakni perjuangan embarkasi haji dan penyelesaian pembangunan PLTU Anggrek serta kegiatan seremonial berupa bantuan untuk mesjid-mesjid. Yang paling menonjol adalah baliho-baliho Gusnar Ismail yang bertebaran di seantero Gorontalo. Konon menurut informasi, baliho-baliho tersebut biayanya dibebankan kepada SKPD-SKPD yang tentu mengorbankan kepentingan rakyat. Informasi ini perlu dipertanyakan dan ditelusuri kebenarannya, karena meski dalam baliho tersebut terdapat iklan layanan masyarakat, namun sangat jelas ada unsur rekayasa di dalamnya, yakni ada kesan Gusnar Ismail sangat jelas memanfaatkan moment layanan iklan masyarakat untuk sektor-sektor tertentu demi kepentingan politik menuju Pilgub 2011.

Terdapat beberapa catatan yang patut dan layak diungkap selama Pemerintahan Gusnar Ismail berlangsung yang luput dari perhatian masyarakat. catatan pertama, Tidak ada gagasan baru, ide baru dan karya baru yang prospektif muncul ke permukaan. Gusnar Ismail dan SKPD-SKPD yang ada seakan terjebak pada rutinitas pemerintahan tanpa ada gebrakan baru yang mampu melahirkan optimisme Gorontalo yang maju kedepan, yang paling memprihatinkan lagi kinerja SKPD ternyata memiliki nilai rapor merah seperti yang diberitakan salah satu media harian di Gorontalo belum lama ini. Catatan Kedua, Program Unggulan di bidang Pertanian dengan entri point Jagung, SDM dan sektor Perikanan semenjak Fadel meninggalkan Gorontalo tidak bergerak secara signifikan. Artinya, pembangunan di Gorontalo saat ini tidak lagi memiliki fokus yang jelas,semua program berjalan seadanya seperti suguhan gado-gado yang rasanya beraroma politis sehingga tidak memiliki nilai tambah bagi masa depan Gorontalo. Tidak heran, jika musim kemarau lalu saja, harga jagung menurun drastis. Semestinya di musim kemarau dengan kondisi gagal panen harga jagung melonjak , di Gorontalo justru menurun. tidak heran pula jika meski musim penghujan telah tiba , namun petani jagung tidak lagi memiliki motivasi yang kuat untuk menanam komoditas ini. Demikian juga dengan pengembangan SDM dan pembangunan sektoir Perikanan hampir tidak ada gebrakan yang bisa membuat optimisme rakyat Gorontalo kecuali proyek lanjutan yang dirintis oleh Fadel Muhammad ketika masih menjabat Gubernur. Ikon Gorontalo sebagai Provinsi Inovasi pun akhirnya meredup ditelan hiruk pikuk ambisi meraih kekuasaan pada Pilgub akhir tahun 2011 mendatang.

Masyarakat Gorontalo saat ini hampir tidak merasakan dampak apapun terhadap program dan masa depannya kecuali hanya bisa menikmati suguhan baliho-baliho MARI LANJUTKAN PEMBANGUNAN, sementara angka orang miskin kian meningkat, angka pengangguran terus membengkak, daya beli masyarakat semakin menurun. Apakah semua gejala itu harus dilanjutkan?...tentu tidak..kita harus berani mengatakan TIDAK, kita harus berani melawan ketidak beresan, bagaimana mungkin pemerintahan yang miskin inovasi harus dilanjutkan.

Dalam dua tahun kedepan yakni hingga pemerintahan baru dibentuk pada awal tahun 2012 mendatang, masyarakat Gorontalo harus menerima kenyataan pahit bahwa tidak akan ada hal-hal baru, ide-ide baru dan konsep-konsep baru yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung, karena memang pemerintahan dua tahun kedepan tidak memiliki terobosan yang berarti, tidak memiliki greget untuk bisa memajukan Gorontalo, kalaupun ada terobosan yang dilakukan oleh pemerintahan, motivasinya pun layak dipertanyakan karena sudah dapat dipastikan ada tendensi politik didalamnya. Tidak ada nilai ketulusan untuk membangun Gorontalo lebih baik lagi.

Kondisi pemerintahan yang MISKIN INOVASI ini harus segera diakhiri dengan cara-cara demokratis. Untuk itu tahun akhir tahun 2011 saat Pilgub digelar adalah moment yang sangat tepat untuk menentukan pemimpin yang kredible, pemimpin yang kaya inovasi, pemimpin yang mampu melakukan terobosan-terobosan mengangkat dan memberdayakan potensi-potensi Gorontalo bagi kemaslahatan dan kemajuan Gorontalo dimasa mendatang.

Moment Pilgub 2011 boleh disebut sebagai moment penyelamatan Gorontalo, moment untuk melepaskan Gorontalo dari para politisi-politisi yang bermental BENALU yakni mereka yang hanya bisa memanfaatkan rakyat untuk agenda kepentingan pribadi, sementara disatu sisi ia tidak memiliki kemampuan untuk membangun dan melahirkan karya-karya besar bagi masa depan Gorontalo.

Tepat dalam memilih pemimpin pada Pilgub 2011 melepaskan rakyat Gorontalo dari kegelihasan, keresahan. Paling tidak hingga tahun 2017 mendatang, masyarakat Gorontalo tidak perlu GUSAR dengan masa depannya. Ayo, mari selamatkan Gorontalo dengan memilih pemimpin yang kredible dan kaya inovasi dan berani melakukan gebrakan-gebrakan yang cukup berarti. bagi masa depan Gorontalo

Kamis, 01 April 2010

Rusli Habibie, Membangun Gorontalo Dari Pesisir Utara





Berkarya Nyata Bukan Berkarya Kata

Sebagai Bupati definitif pertama Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), Drs. Rusli Habibie menyadari betul bahwa tugas yang diembannya tidaklah ringan. Apalagi kondisi daerah yang berada di kawasan utara Gorontalo ini masih sangat minim di berbagai bidang terutama infrastruktur yang menunjang terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Tidak heran jika sejak dilantik menjadi Bupati bersama Indra Yasin, SH, MH sebagai Wakil Bupati pada 27 Oktober 2008 silam, Rusli Habibie bertekad akan bekerja keras dan menerapkan disiplin yang ketat terhadap aparatur pemerintahan daerah.

Untuk membumikan tekad, semangat dan komitmennya membangun Gorontalo Utara dari berbagai ketertinggalan tersebut pria kelahiran Gorontalo, 06 Juni 1963 ini
menggagas sebuah motto pemerintahan yakni Berkarya Nyata dan Bukan Berkarya Kata. Motto tersebut dalam setahun lebih pemerintahannya mulai terkuak dan terukir secara konkrit di tengah masyarakat.

Buktinya, Kabupaten Gorut merupakan satu-satunya daerah di Gorontalo yang dalam satu tahun lebih terkahir ini mampu menghentak dengan berbagai mega proyek seperti realisasi pembangunan jalan By Pas program Minapolitan di Kwandang dan Gentuma Raya, pembangunan pelabuhan Perikanan Nusantara di Kwandang, pembangunan akses jalan yang membentang dari Atinggola hingga Tolinggula, perbaikan maupun pembukaan akses jalan ke sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan dan perikanan, dan pembangunan kawasan perkantoran pemerintahan di Molingkapoto adalah deretan prestasi pemerintahan Rusli Habibie melalui moto Berkarya Nyata dan bukan Berkarya Kata.

Keseluruhan program pembangunan untuk rakyat ini terwujud berkat kerja keras, pemikiran, terobosan, ide, dan gagasan konstruktif yang secara konkrit menyita perhatian berbagai kalangan. Tidak jarang, banyak politisi, LSM dan akademisi memuji performance pemerintahan Rusli Habibie yang terus saja berkiprah dan berkarya nyata bagi optimisme masa depan Gorut yang lebih baik.

Kabupaten Gorut sejak resmi dimekarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2007, tanggal 2 Januari 2007 yang kemudian resmi memisahkan diri dari Kabupaten induk Gorontalo pada 26 April 2007, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, SDM yang terbatas, infrasturktur yang sangat minim dengan tingkat kemiskinan yang cukup parah dibandingkan dengan daerah lain di Gorontalo.

Kondisi ini memaksa Rusli Habibie dan pemerintahannya bekerja keras dengan disiplin yang sangat tinggi. Ia rela bolak balik Gorontalo – Jakarta untuk melakukan lobi-lobi dan pendekatan terhadap pengambil kebijakan di Jakarta untuk mendatangkan anggaran dari pusat guna membangun infrastruktur di daerahnya, disisi lain Bupati RH juga secara intensif keluar masuk kampung, desa dan kecamatan untuk menyelami keinginan, harapan dan obsesi masyarakatnya.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin, Rusli Habibie sangat terinspirasi dengan gaya dan konsep pemerintahan seniornya Dr. Ir. H. Fadel Muhammad, mantan Gubernur Gorontalo yang kini menjabat Menteri Perikanan dan Kelautan RI. Menurut Bupati RH, demikian ia biasa disapa, Fadel Muhammad merupakan sosok pemimpin yang menginspirasinya. Di mata RH, Fadel Muhammad adalah sosok pemimpin yang pekerja keras, disiplin, jujur, amanah dan berdedikasi tinggi. Fadel Muhammad menurutnya merupakan sosok pemimpin egaliter dan responsif terhadap ide dan gagasan perubahan menuju sebuah kemajuan.

Selain itu, Rusli Habibie sangat terobsesi oleh nasehat sang paman yang mantan Presiden RI Prof. Dr. Ing BJ Habibie yang pernah menasehatinya tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik. Sebelum resmi menjadi Bupati Gorut, BJ Habibie pernah memberinya wejangan bahwa menjadi seorang pemimpin itu harus mempersembahkan yang terbaik bagi rakyatnya. Seorang pemimpin itu harus rela bekerja keras, disiplin, ikhlas, senantiasa menyayangi dan mencintai rakyat serta jangan sekali-kali menyakiti hati rakyat. Itulah yang selalu menjiwai semangat, komitmen dan tekad Rusli Habibie sebagai seorang pemimpin (AM)

Cetuskan GERBANG EMAS



Sebagai seorang pemimpin yang telah berkomitmen memberikan yang terbaik bagi rakyatnya, Rusli Habibie dan perangkat pemerintahannya tampil all out mendorong kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Untuk mengukuhkan komitmen tersebut, Rusli Habibie dan Wakil Bupati Indra Yasin kemudian mencetuskan Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat yang disingkat GERBANG EMAS. Hebatnya lagi, dalam satu tahun pemerintahannya Gerbang Emas menjadi sebuah ikon yang mampu menyemangati seluruh stakeholder untuk fokus pada bagaimana mewujudkan komitmen membangun ekonomi masyarakat Gorut. Ikon Gerbang Emas merupakan bukti kecerdasan Rusli Habibie dan Indra Yasin sebagai top leader yang mampu menembus cakrawala pemikiran brilian yang berdampak positif ke masyarakat dalam rentang waktu yang panjang. Tidak mengherankan jika Gerbang Emas saat ini seakan menjadi ruh pembangkit optimisme untuk menggali potensi dan kekuatan menuju kemandirian.dan kemajuan. Semangat Gerbang Emas tidak hanya berorientasi pada komitmen membangun Gorontalo Utara tapi juga gebrakannya berdampak dan berimbas pada gerakan pembangunan ekonomi masyarakat Gorontalo secara keseluruhan.

Hal ini dibuktikan dengan gagasan Rusli Habibie yang mengurai dan mengungkap potensi Gorontalo yang bisa diberdayakan, mulai dari sektor pertanian, perikanan dan Kelautan, Peternakan. Bukti lainnya adalah upaya komprehensif Bupati untuk mewujudkan pembangunan akses jalan Tolinggula-Marisa Kabupaten Pohuwato dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kecamatan Gentuma yang saat ini tengah dirintis oleh sang Bupati.

Melalui Gerbang Emasnya, Rusli Habibie bersama Indra Yasin terus mengukir prestasi,kinerja dan pengabdian yang tulus nan ikhlas. Di tangan kedua pemimpin ini, Gorut kian dinamis. Kinerja aparatur pemerintahan terus dibenahi dan doktrin-doktrin kerja keras, disiplin terus bergaung di kalangan aparatur pemerintahan. Mental malas dan hanya ingin dilayani yang sering melanda kalangan birokrat terus dilawan dengan berbagai kebijakan. Yang patut diapresiasi lagi adalah komitmen Rusli Habibie selama ini yang mengaku siap menjadi “pengemis” dengan melakukan lobi-lobi tingkat tinggi di Jakarta. Selama setahun pemerintahannya, Rusli Habibie terus bergerilya melakukan berbagai pendekatan dengan pejabat pengambil kebijakan di tingkat pusat guna mendatangkan dana segar bagi penguatan terhadap kebijakan pembangunan ekonomi masyarakat. Keseluruhan upaya ini merupakan wujud keseriusannya, kecintaannya dan ketulusannya membangun Kabupaten Gorontalo Utara melalui Gerbang Emasnya.

Pada prinsipnya Gerbang Emas dicetuskan dalam rangka mewujudkan Desa yang mandiri dengan cara mengembangkan sektor-sektor unggulan secara terpadu yakni Pendidikan, Kesehatan, Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Pekerjaan Umum, Perdagangan dan Koperasi, Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta melaksanakan pembangunan infrastruktur dasar berupa jalan, jembatan, pengairan, perumahan, (bedah kampung) dan Mahyani, Listrik, (PLTH, PLTMH, PLTA, PLTS), air bersih (pembangunan IPA IKK dan Mobil Tanki)

Komitmen Pelayanan Gerbang Emas
- Berkarya Nyata dan Bukan Berkarya Kata
- Sebagai Motor Penggerak Ekonomi Masyarakat di seluruh sector
- Sebagai Solusi terhadap Pengentasan Kemiskinan, pengangguran dan Ketertinggalan
- Sebagai Pendorong Semangat bagi Pemerintah, swasta dan masyarakat ke arah yang lebih baik
- Sebagai Komitmen pelayanan maksimal pemerintah terhadap rakyat
- Komitmen pelayanan Pemerintah (Gerbang Emas)
- Mendatangi mereka (rakyat)
- Mendampingi mereka
- Mencintai mereka
- Bekerja sama dengan mereka
- Melakukan yang mereka butuhkan dengan memanfaatkan sumber daya yang
mereka miliki. Ketika kebutuhan mereka terpenuhi mereka akan berkata “Kami telah berhasil melakukan sendiri “Terwujudlah Desa Yang Mandiri”

Membangun, Tanpa Membebani Rakyat



Prinsip pemerintahan Bupati Rusli Habibie dan Indra Yasin dalam setahun lebih rupanya sangat unik dan berbeda jauh dengan prinsip maupun metode yang dianut oleh pemerintah daerah lainnya.

Hal ini terbukti dengan upaya Pemerintahan Rusli Habibie yang terus mendorong pembangunan infrastruktur melalui gebrakan pembangunan yang tidak membebani rakyat. Realisasi pembangunan jalan By Pass, perbaikan akses ruas jalan di semua kecamatan dan desa, pembangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan fasilitas kemasyarakatan, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, maupun alokasi bantuan bagi warga miskin, pembangunan Mahyani, program Minapolitan, gagasan membangun PLTA di Gentuma Raya, pemberian insentif bagi aparat desa, peningkatan kesejahteraan guru dan GTT, bantuan beasiswa yang setiap tahun terus meningkat, bantuan kenderaan operasional bagi seluruh Kepala Sekolah dan pengawas, program Jamkesda yang sudah menjangkau seluruh masyarakat, pelayanan KTP Gratis bagi seluruh masyarakat serta masih banyak program konkrit lainnya dibidang kesehatan, pendidikan, perikanan dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya dilakukan dengan cara tidak membebani rakyat Gorut.

Jika di daerah lain untuk menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintahannya mengenakkan berbagai pajak dan retribusi daerah, sampai –sampai kucing dan sepeda kumbang warga pun dikenakkan retribusi, maka di Kabupaten Gorut hal itu tidak terjadi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Perda tentang Retribusi yang dihapus dan dibatalkan selama setahun lebih Pemerintahan Rusli Habibie dan Indra Yasin.

Sebagai daerah yang baru dimekarkan, Kabupaten Gorontalo Utara diakui Bupati memang membutuhkan penanganan khusus terutama kebutuhan pembangunan infrastruktur yang sangat mendesak, namun untuk memenuhi kepentingan tersebut,Pemerintah Daerah memiliki alternatif pembangunan yang sangat elegan dan strategis melalui lobi-lobi tingkat tinggi di berbagai departemen di Jakarta, sembari mengembangkan potensi daerah dan kemandirian masyarakat.

Untuk mewujudkan dan meyakinkan hal itu di tingkat pusat, Pemerintahan Rusli Habibie menicptakan iklim pemerintahan yang “Kredible dan dapat dipercaya” sebagai modal untuk membangun.

Kepercayaan tersebut diantaranya dirintis melalui upaya menciptakan iklim pemerintahan yang bersih (Good Governance) bebas KKN, disiplin dan kinerja aparat yang tinggi serta dibarengi pula dengan berbagai terobosan maupun kebijakan yang prospektif, inovatif, kreatif dan produktif.

Hal ini didukung pula oleh gaya pemerintahan yang transparan, terbuka,elegan dan egaliter yang coba dibangun dan diimplementasikan dalam pemerintahan di Kabupaten Gorontalo Utara.

Mewujudkan Pemerintahan Yang Egaliter



Sebagai sosok yang telah ditempa oleh berbagai pengalaman dan pergulatannya di Kota besar semasa masih menjadi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) di Bandung maupun sebagai pejabat di Industri Pesawat Terbang di Bandung selama puluhan tahun dan kemudian menekuni dunia usaha di kampung halamannya di Gorontalo, Rusli Habibie mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang memiliki karakteristik sebagai pemimpin yang visioner dengan gebrakan-gebrakan yang jauh lebih realistis dan efektif dalam tataran implementasi. Apalagi setelah ia tampil menjadi seorang Bupati, maka variable-variabel yang memberi penguatan terhadap komitmen kepemimpinannya kian nampak.

Sebagai seorang Pengusaha dan seorang pemimpin politik dan birokrasi Rusli Habibie dikenal sebagai sosok yang sering menerobos aturan protokoler, menyapa siapapun yang ia temui, bahkan dalam sehari ia mampu meladeni sms yang datang dari berbagai elemen. Tidak tanggung-tanggung Rusli Habibie dalam sehari menerima sekitar 350 sms yang semuanya dijawab dengan sabar di waktu-waktu senggangnya. Tidak heran jika kemudian Rusli Habibie dikenal sebagai pemimpin yang egaliter.

Menurut Rusli Habibie, dalam pemerintahan dan dunia usaha, sikap egaliter itu sangat penting, yakni mengedepankan aspek humanis dan harmonis dalam komunikasi antara level struktural. Sikap egaliter ini ungkap Ketua DPD I Golkar Provinsi Gorontalo ini harus berawal dari seorang pemimpin yang kemudian akan menurun ke seluruh aparat dan bawahannya. Egaliter dalam pemerintahan sangat penting karena darinya seorang pemimpin mudah memahami kondisi ril masyarakat atau perusahaan yang dipimpinnya sehingga terbentuk sebuah komunikasi yang transparan dan jujur. Lebih jauh lagi, pemimpin yang egaliter akan melahirkan sebuah hubungan interpersonal dimana antara pimpinan dan staf tidak ada lagi jarak yang tajam, namun sikap saling menghormati tetap terjaga. Sikap egaliter ini juga dapat berdampak terhadap peningkatan “kecerdasan emosional” yang mampu menselaraskan diri dengan orang lain dan lingkungannya (harmonizing). Sikap egaliter ini mampu menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat sehingga segala ide, pemikiran dan gagasan untuk sebuah perubahan kian baik yang pada akhirnya akan cenderung mengarahkan pada setiap pribadi menjadi kreatif, inovatif dan produktif. Sikap egaliter akan semakin dibutuhkan pada era millennium saat ini karena munculnya gejala hyper competition yakni suatu persaingan yang sangat ketat. Kondisi ini dalam perkembangannya kedepan menuntut sikap egalitarian ketimbang hubungan yang terlalu mengedepankan jarak atau gap antara pimpinan dan staf (AM)