Sabtu, 15 Mei 2010

SELAMATKAN GORONTALO


Bukan untuk mengajak rakyat Gorontalo bersikap apriori terhadap kemampuan Gusnar Ismail memimpin Gorontalo untuk lima tahun mendatang yakni 2012 hingga 2017, tapi tulisan ini diharapkan akan menjadi referensi bagi masyarakat Gorontalo untuk menentukan pemimpin pada Pilgub 2011 mendatang. Dalam dua tahun kedepan saja, yakni hingga akhir tahun 2011 kita tidak bisa berharap banyak bahwa Gorontalo dalam rentang waktu tersebut mengalami kemajuan dan lompatan-lompatan pembangunan yang signifikan.

Hal ini merupakan ungkapan realistis, apalagi jika melihat kinerja Gusnar Ismail dalam 100 hari pemerintahannya sejak menggantikan posisi Fadel Muhammad sebagai Gubernur Gorontalo, hampir tidak ada hal baru, gagasan baru dan karya baru yang bisa ia persembahkan bagi pemerintahannya. hanya ada 3 hal penting yang sejauh ini bisa dilakukannya, itu pun belum tuntas dan masih dalam tahap perjuangan, yakni perjuangan embarkasi haji dan penyelesaian pembangunan PLTU Anggrek serta kegiatan seremonial berupa bantuan untuk mesjid-mesjid. Yang paling menonjol adalah baliho-baliho Gusnar Ismail yang bertebaran di seantero Gorontalo. Konon menurut informasi, baliho-baliho tersebut biayanya dibebankan kepada SKPD-SKPD yang tentu mengorbankan kepentingan rakyat. Informasi ini perlu dipertanyakan dan ditelusuri kebenarannya, karena meski dalam baliho tersebut terdapat iklan layanan masyarakat, namun sangat jelas ada unsur rekayasa di dalamnya, yakni ada kesan Gusnar Ismail sangat jelas memanfaatkan moment layanan iklan masyarakat untuk sektor-sektor tertentu demi kepentingan politik menuju Pilgub 2011.

Terdapat beberapa catatan yang patut dan layak diungkap selama Pemerintahan Gusnar Ismail berlangsung yang luput dari perhatian masyarakat. catatan pertama, Tidak ada gagasan baru, ide baru dan karya baru yang prospektif muncul ke permukaan. Gusnar Ismail dan SKPD-SKPD yang ada seakan terjebak pada rutinitas pemerintahan tanpa ada gebrakan baru yang mampu melahirkan optimisme Gorontalo yang maju kedepan, yang paling memprihatinkan lagi kinerja SKPD ternyata memiliki nilai rapor merah seperti yang diberitakan salah satu media harian di Gorontalo belum lama ini. Catatan Kedua, Program Unggulan di bidang Pertanian dengan entri point Jagung, SDM dan sektor Perikanan semenjak Fadel meninggalkan Gorontalo tidak bergerak secara signifikan. Artinya, pembangunan di Gorontalo saat ini tidak lagi memiliki fokus yang jelas,semua program berjalan seadanya seperti suguhan gado-gado yang rasanya beraroma politis sehingga tidak memiliki nilai tambah bagi masa depan Gorontalo. Tidak heran, jika musim kemarau lalu saja, harga jagung menurun drastis. Semestinya di musim kemarau dengan kondisi gagal panen harga jagung melonjak , di Gorontalo justru menurun. tidak heran pula jika meski musim penghujan telah tiba , namun petani jagung tidak lagi memiliki motivasi yang kuat untuk menanam komoditas ini. Demikian juga dengan pengembangan SDM dan pembangunan sektoir Perikanan hampir tidak ada gebrakan yang bisa membuat optimisme rakyat Gorontalo kecuali proyek lanjutan yang dirintis oleh Fadel Muhammad ketika masih menjabat Gubernur. Ikon Gorontalo sebagai Provinsi Inovasi pun akhirnya meredup ditelan hiruk pikuk ambisi meraih kekuasaan pada Pilgub akhir tahun 2011 mendatang.

Masyarakat Gorontalo saat ini hampir tidak merasakan dampak apapun terhadap program dan masa depannya kecuali hanya bisa menikmati suguhan baliho-baliho MARI LANJUTKAN PEMBANGUNAN, sementara angka orang miskin kian meningkat, angka pengangguran terus membengkak, daya beli masyarakat semakin menurun. Apakah semua gejala itu harus dilanjutkan?...tentu tidak..kita harus berani mengatakan TIDAK, kita harus berani melawan ketidak beresan, bagaimana mungkin pemerintahan yang miskin inovasi harus dilanjutkan.

Dalam dua tahun kedepan yakni hingga pemerintahan baru dibentuk pada awal tahun 2012 mendatang, masyarakat Gorontalo harus menerima kenyataan pahit bahwa tidak akan ada hal-hal baru, ide-ide baru dan konsep-konsep baru yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung, karena memang pemerintahan dua tahun kedepan tidak memiliki terobosan yang berarti, tidak memiliki greget untuk bisa memajukan Gorontalo, kalaupun ada terobosan yang dilakukan oleh pemerintahan, motivasinya pun layak dipertanyakan karena sudah dapat dipastikan ada tendensi politik didalamnya. Tidak ada nilai ketulusan untuk membangun Gorontalo lebih baik lagi.

Kondisi pemerintahan yang MISKIN INOVASI ini harus segera diakhiri dengan cara-cara demokratis. Untuk itu tahun akhir tahun 2011 saat Pilgub digelar adalah moment yang sangat tepat untuk menentukan pemimpin yang kredible, pemimpin yang kaya inovasi, pemimpin yang mampu melakukan terobosan-terobosan mengangkat dan memberdayakan potensi-potensi Gorontalo bagi kemaslahatan dan kemajuan Gorontalo dimasa mendatang.

Moment Pilgub 2011 boleh disebut sebagai moment penyelamatan Gorontalo, moment untuk melepaskan Gorontalo dari para politisi-politisi yang bermental BENALU yakni mereka yang hanya bisa memanfaatkan rakyat untuk agenda kepentingan pribadi, sementara disatu sisi ia tidak memiliki kemampuan untuk membangun dan melahirkan karya-karya besar bagi masa depan Gorontalo.

Tepat dalam memilih pemimpin pada Pilgub 2011 melepaskan rakyat Gorontalo dari kegelihasan, keresahan. Paling tidak hingga tahun 2017 mendatang, masyarakat Gorontalo tidak perlu GUSAR dengan masa depannya. Ayo, mari selamatkan Gorontalo dengan memilih pemimpin yang kredible dan kaya inovasi dan berani melakukan gebrakan-gebrakan yang cukup berarti. bagi masa depan Gorontalo